21.17 -
No comments
Pengenalan Geologi dan Awal mula pendidkan Geologi di Indonesia
Apa
yang dimaksud dengan geologi?
Geology
is the study of the earth.
Geologi
adalah ilmu yang baru, ilmu ini dikenal sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Geologi
adalah dimana ilmu-ilmu lain (seperti: kimia, fisika, biologi, dll)
terintegrasi untuk dapat menggambarkan, menjelaskan, dan memahami proses, sifat
fisik dan material pembentuk bumi. Geologi adalah dimana fantasi dan sekumpulan
fakta bertemu dalam satu ruang kreatifitas. Geology is where time goes wild !!!
Geologi
memiliki sejumlah disiplin ilmu yang saling berhubungan erat seperti; Geomorfologi, Petrologi, Sedimentologi,
Geologi Struktur, Tektonika, Geologi Sejarah, Paleontologi, Geofisika, Endapan
Mineral, dan Geologi Minyak Bumi. Misalnya, Geologi Minyak Bumi pasti
akan melibatkan, diantaranya: survey seismik (Geofisika), interpretasi struktur
(Geologi Struktur), sedimentological understanding (Sedimentologi),
paleontological dating (Paleontologi), dll.
Ada
yang beranggapan bahwa geologi sangat tidak akurat atau tidak saintifik.
Alasannya adalah sistem alam dari bumi kita yang sangat kompleks. Setiap
batuan, oilfield reservoir atau ore body itu terbentuk dari interaksi antara
proses dan mekanisme geologi yang 'unique' dan sangat sulit untuk diprediksi
secara detail. Sebagai contoh, geologi dapat memprediksi wilayah yang rawan
gempa bumi, letusan gunungapi, atau longsoran batuan yang diperkiran akan
terjadi 100 tahun mendatang atau lebih, tapi tidak tahu persis kapan dan bahkan
tidak tahu persis dimana itu akan terjadi.
Geologi selalu dalam aspek orientasi proses. Bagaimana batuan reservoir itu terbentuk? Apakah itu terbentuk dari pasir yang ada di pantai, atau channel bar yang ada di sungai, atau dari submarine slide deposit? Bagaimana magma bisa sampai ke permukaan melewati kerak bumi dan menghasilkan gunungapi? Kenapa erupsi gunungapi dan gempa bumi terjadi berulang kali di beberapa daerah sedangkan di daerah lain tidak? Banyak pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa geologi yang terjadi di planet kita ini, dan ahli geologi harus open mind dan memiliki keinginan untuk mencari tahu jawaban yang masuk akal.
How
do Geologists work?
Ahli
geologi bekerja melalui penelitian lapangan, melibatkan penggunaan palu, lensa,
pita ukur, kompas, GPS dan lainnya. Tujuannya untuk memetakan satuan batuan di
lapangan, menghasilkan peta geologi yang menunjukkan distribusi, orientasi dan
struktur dari berbagai jenis batuan di suatu daerah. Geologist biasanya
mengambil sample batuan di lapangan dan membawanya ke laboratorium untuk
selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis. Ahli geologi juga menggunakan
data-data geofisika (seperti; seismik, magnetik, gravimetrik, citra satelit,
degital elevation models (DEM), dan foto udara) untuk mendapatkan informasi
batuan dan struktur geologi.
Dibawah ini tulisan Professor Koesoemadinata tentang
bagaimana sejarah awal pendidikan geologi ini muncul di Indonesia. Perjuangan
tokoh-tokohnya tidak kalah penting dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia itu
sendiri. Tulisan ini pernah dimuat di Berita IAGI.
Awal Pendidikan Geologi di Indonesia
Lain dengan pendidikan kedokteran, hukum, pertanian dan teknik yang
telah dimulai pada awal abad ke-20, pendidikan geologi sangat terabaikan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan geologi untuk orang Indonesia terbata
tingkatan “mantri opnemer” atau surveyor/juru ukur saja. Untuk
kebutuhan tenaga ahli geologi dan insinyur pertambangan pemerintahan colonial
Belanda mengandalkan lulusan universitas dan sekolah tinggi teknik dari Belanda
da negara Europa lainnya.
Keadaan berubah setelah dimulainya Perang Dunia ke II pada tahun 1938 terutam setelah Tentara Jerman menginvasi negeri Belanda, sehingga hubungan terputus. Maka mulailah Pemerintah Kolonial Belanda pada tgl 10 Mei 1938 melalui mendirikan suatu lembaga pendidikan darurat yang dinamakan “Assistent Kursus” (Kursus untuk Asisten Geolog, mungkin sekarang setara dengan D-3) yang berlangsung 3 tahun.
Keadaan berubah setelah dimulainya Perang Dunia ke II pada tahun 1938 terutam setelah Tentara Jerman menginvasi negeri Belanda, sehingga hubungan terputus. Maka mulailah Pemerintah Kolonial Belanda pada tgl 10 Mei 1938 melalui mendirikan suatu lembaga pendidikan darurat yang dinamakan “Assistent Kursus” (Kursus untuk Asisten Geolog, mungkin sekarang setara dengan D-3) yang berlangsung 3 tahun.
Pendidikan ini dilaksanakan oleh Dienst van het Mijnbouws (Dinas Pertambangan) di
Jl Diponegoro 58 Bandung, dengan para ahli geologi daninsinyur pertambangan
yang bekerja pada instansi tersebut sebagai pardosennya, antara lain Van
Bemmelen. Pendidikan ini diikuti pada umumnya orang-orang Belanda, dan hanya
ada 2 orang Indonesia yang mengikutnya sampai selesai yaitu F. Lasut dan Sunu Sumosusastro.
Persyaratan mengikuti pendidikan itu adalah lulus sekolah menengah atas, yaitu
HBS (Hogere Burgerschool, khusus untuk orang Belanda) atau
AMS B ( Algemeene Middlebare School , opsi B/IPA, terutama
untuk orang pribumi/Indonesia). Kursus ini hanya berlangsung 1 angkatan saja (3
tahun) karena Tentara Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942.
Maka kedua orang inilah sebetulnya
merupakan ahli geologi Indonesia pertama dan boleh dikatakan juga pionir dalam
pendidikan geologi.
Semasa pendudukan Jepang pada ahli geologi dan insinjur
pertambangan Belanda masih dipekerjakan oleh penguasa Jepang, khususnya untuk
menterjemahkan laporan2 geologi ke dalam bahasa Inggris, namun Van Bemmelen
masih sempat supervisi pekerjaan geologi lapangan yang dilaksanakan F. Lasut
mengenai endapan jarosit di Ciater, Lembang di Utara Bandung. Selain itu juga
masih ada geolog orang Swiss (waktu itu negara netral dalam kecamuk perang
dunia ke II) yang masih bekerja pada Dinas Pertambangan di Bandung itu. Jadi
pada waktu pendudukan Jepang ini A. F. Lasut dan Sunu Sumosusastro adalah
merupakan staf orang Indonesia di Dinas Pertambangan di Bandung, dan memegang
pimpinan dalam pengambil-alihan instansi ini pada waktu Jepang bertekuk-lutut
dan terjadi proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.
Mereka inilah yang berhasil
menyelamatkan arsip dan buku2 geologi ke Jl Braga di Bandung Selatan, karena
kantor Dinas Pertambangan di Jl. Diponegoro yang berada di Bandung Utara
diduduki tentara Inggris/Belanda, kemudian dipindahkan secara berangsur ke
Ciwidey, Tasikmalaya ke Magelang dan akhirnya ke Jogya sejalan dengan mundurnya
tentara RI. Di antara arsip dan buku2 ini tidak termasuk manuskrip buku the
Geology of Indonesia hasil karya van Bemmelen itu, yang merupakan cerita lain.
Pada waktu para ahli geologi dan
insinyur pertambangan Belanda harus masuk kamp interniran (kompleks
tahanan perang), Van Bemmelen menitipkan naskah serta buku-bukunya itu pada
orang yang sangat dipercayainya, seorang hoofd mantri opzichter (mantri ukur
kepala) yaitu Djatikusumo untuk diselamatkan. Pada waktu Van Bemmelen yang
telah dibebaskan dari tahanan meminta kembali titipannya ini, yang bersangkutan
menolak dengan alasan sebagai seorang pejuang kemerdekaan ingin menyelamatkan
arsip ini untuk kepentingan bangsa Indonesia , dan kemudian membawanya ke
tempat asalnya yaitu Malang . Namun kemudian manuskrip dan arsip/buku lainnya
dia serahkan ke Dinas Pertambangan yang sudah mengungsi ke Magelang dan
kemudian ke Jogyakarta.
Pada waktu pemerintahan RI mengungsi
ke Jogyakarta, maka dibentuk pula suatu Pusat Jawatan Geologi dan Pertambangan
dibawah naungan Departement Kemakmuran di Magerang, yang dipimpin oleh A.F. Lasut (sebagai
kepala) dan (Sunu Sumosusastro sebagai wakilnya). Selain itu juga didirikan
beberapa sekolah untuk mendidik tenaga geologi dan pertambangan secara darurat
pada Nopember 1946 yaitu:
- Sekolah Geologi Pertambangan Pertama (SGPP, untuk pendidikan juruukur geologi
- Sekolah Geologi Pertambangan Menengah (SGPM, untuk pendidikan juruukur geologi penilik)
- SekolahGeologi Pertambangan Tinggi (SGPT), untuk pendidikan asisten geologi, dengan dosennya antara lain Sunu Sumosusastro (kepala sekolah) dan A.F. Lasut. N Lembaga pendidikan ini kemudian pindah ke Jogyakarta, dan nama SGPT berubah menjadi Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP).
Pada serangan agresi Belanda ke
Jogya pada tahun 1948, A.F. Lasut selaku Kepala Jawatan Tambang dan Geologi
diambil tentara Belanda dari rumahnya dan kemudian ditembak dipinggir jalan
pada 7 Mei 1949 sebagai seorang pejuang kemerdekaan. Lembaga pendidikan ini
berakhir dengan ujian akhir pada akhir tahun 1949 sehingga berlangsung hanya 1
angkatan saja. Di antara para lulusan pendidikan yang pertama dan terakhir ini
adalah: M.M. Purbohadiwidjo, Djajadi Hadikusumo (kemudian pendiri IAGI), Harli
Sumadiredja, R. Prajitno (Ketua IAGI yang ke-2), Surjo Ismangun, G.M Mohamad
Slamet Padmokesumo, Mohamad Jasin Rachmat dan Sanjoto Soeseno dan Sumardi
Umar katab.
Sementara itu Bp Suroso, seorang
ahli geologi praktek (autodidak) ex pegawai explorasi Shell/BPM juga mendirikan
Sekolah Menengah Geologi di Jogyakarta. Yang akhirnya menjadi Jurusan Tehnik
Geologi Universitas Gadjah Mada.
Dan seperti itulah sejarah pendidikan geologi di Indonesia.
Sudah terdapat 19 Univesitas yang menyediakan jurusan geologi, mungkin masih
akan terus berkembang karena kebutuhan ahli geologi di tingkat kabupaten suatu
saat nanti adalah sebuah keharusan karena untuk mengatur serta mengetahui
kondisi geologi kabupaten masing-masing. Mengerti sumberdaya alamnya, sifat dan
gejala kebencanaan, serta kebutuhan pemeliharaan lingkungan (Ekstraksi,
Mitigasi, dan Konservasi).
Credit : Berita IAGI
0 komentar:
Posting Komentar