Sabtu, 12 November 2016

21.17 - No comments

Pengenalan Geologi dan Awal mula pendidkan Geologi di Indonesia

Apa yang dimaksud dengan geologi?
Geology is the study of the earth.

Geologi adalah ilmu yang baru, ilmu ini dikenal sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Geologi adalah dimana ilmu-ilmu lain (seperti: kimia, fisika, biologi, dll) terintegrasi untuk dapat menggambarkan, menjelaskan, dan memahami proses, sifat fisik dan material pembentuk bumi. Geologi adalah dimana fantasi dan sekumpulan fakta bertemu dalam satu ruang kreatifitas. Geology is where time goes wild !!!

Geologi memiliki sejumlah disiplin ilmu yang saling berhubungan erat seperti; Geomorfologi, Petrologi, Sedimentologi, Geologi Struktur, Tektonika, Geologi Sejarah, Paleontologi, Geofisika, Endapan Mineral, dan Geologi Minyak Bumi. Misalnya, Geologi Minyak Bumi pasti akan melibatkan, diantaranya: survey seismik (Geofisika), interpretasi struktur (Geologi Struktur), sedimentological understanding (Sedimentologi), paleontological dating (Paleontologi), dll.

Ada yang beranggapan bahwa geologi sangat tidak akurat atau tidak saintifik. Alasannya adalah sistem alam dari bumi kita yang sangat kompleks. Setiap batuan, oilfield reservoir atau ore body itu terbentuk dari interaksi antara proses dan mekanisme geologi yang 'unique' dan sangat sulit untuk diprediksi secara detail. Sebagai contoh, geologi dapat memprediksi wilayah yang rawan gempa bumi, letusan gunungapi, atau longsoran batuan yang diperkiran akan terjadi 100 tahun mendatang atau lebih, tapi tidak tahu persis kapan dan bahkan tidak tahu persis dimana itu akan terjadi.

Geologi selalu dalam aspek orientasi proses. Bagaimana batuan reservoir itu terbentuk? Apakah itu terbentuk dari pasir yang ada di pantai, atau channel bar yang ada di sungai, atau dari submarine slide deposit? Bagaimana magma bisa sampai ke permukaan melewati kerak bumi dan menghasilkan gunungapi? Kenapa erupsi gunungapi dan gempa bumi terjadi berulang kali di beberapa daerah sedangkan di daerah lain tidak? Banyak pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa geologi yang terjadi di planet kita ini, dan ahli geologi harus open mind dan memiliki keinginan untuk mencari tahu jawaban yang masuk akal.

How do Geologists work?
Ahli geologi bekerja melalui penelitian lapangan, melibatkan penggunaan palu, lensa, pita ukur, kompas, GPS dan lainnya. Tujuannya untuk memetakan satuan batuan di lapangan, menghasilkan peta geologi yang menunjukkan distribusi, orientasi dan struktur dari berbagai jenis batuan di suatu daerah. Geologist biasanya mengambil sample batuan di lapangan dan membawanya ke laboratorium untuk selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis. Ahli geologi juga menggunakan data-data geofisika (seperti; seismik, magnetik, gravimetrik, citra satelit, degital elevation models (DEM), dan foto udara) untuk mendapatkan informasi batuan dan struktur geologi.



Dibawah ini tulisan Professor Koesoemadinata tentang bagaimana sejarah awal pendidikan geologi ini muncul di Indonesia. Perjuangan tokoh-tokohnya tidak kalah penting dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Tulisan ini pernah dimuat di Berita IAGI.

Awal Pendidikan Geologi di Indonesia

Lain dengan pendidikan kedokteran, hukum, pertanian dan teknik yang telah dimulai pada awal abad ke-20, pendidikan geologi sangat terabaikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan geologi untuk orang Indonesia terbata tingkatan “mantri opnemer” atau surveyor/juru ukur saja. Untuk kebutuhan tenaga ahli geologi dan insinyur pertambangan pemerintahan colonial Belanda mengandalkan lulusan universitas dan sekolah tinggi teknik dari Belanda da negara Europa lainnya.

Keadaan berubah setelah dimulainya Perang Dunia ke II pada tahun 1938 terutam setelah Tentara Jerman menginvasi negeri Belanda, sehingga hubungan terputus. Maka mulailah Pemerintah Kolonial Belanda pada tgl 10 Mei 1938 melalui mendirikan suatu lembaga pendidikan darurat yang dinamakan “Assistent Kursus” (Kursus untuk Asisten Geolog, mungkin sekarang setara dengan D-3) yang berlangsung 3 tahun.

Pendidikan ini dilaksanakan oleh Dienst van het Mijnbouws (Dinas Pertambangan) di Jl Diponegoro 58 Bandung, dengan para ahli geologi daninsinyur pertambangan yang bekerja pada instansi tersebut sebagai pardosennya, antara lain Van Bemmelen. Pendidikan ini diikuti pada umumnya orang-orang Belanda, dan hanya ada 2 orang Indonesia yang mengikutnya sampai selesai yaitu F. Lasut dan Sunu Sumosusastro. Persyaratan mengikuti pendidikan itu adalah lulus sekolah menengah atas, yaitu HBS (Hogere Burgerschool, khusus untuk orang Belanda) atau AMS B ( Algemeene Middlebare School , opsi B/IPA, terutama untuk orang pribumi/Indonesia). Kursus ini hanya berlangsung 1 angkatan saja (3 tahun) karena Tentara Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942.

Maka kedua orang inilah sebetulnya merupakan ahli geologi Indonesia pertama dan boleh dikatakan juga pionir dalam pendidikan geologi.

Semasa pendudukan Jepang pada ahli geologi dan insinjur pertambangan Belanda masih dipekerjakan oleh penguasa Jepang, khususnya untuk menterjemahkan laporan2 geologi ke dalam bahasa Inggris, namun Van Bemmelen masih sempat supervisi pekerjaan geologi lapangan yang dilaksanakan F. Lasut mengenai endapan jarosit di Ciater, Lembang di Utara Bandung. Selain itu juga masih ada geolog orang Swiss (waktu itu negara netral dalam kecamuk perang dunia ke II) yang masih bekerja pada Dinas Pertambangan di Bandung itu. Jadi pada waktu pendudukan Jepang ini A. F. Lasut dan Sunu Sumosusastro adalah merupakan staf orang Indonesia di Dinas Pertambangan di Bandung, dan memegang pimpinan dalam pengambil-alihan instansi ini pada waktu Jepang bertekuk-lutut dan terjadi proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.

Mereka inilah yang berhasil menyelamatkan arsip dan buku2 geologi ke Jl Braga di Bandung Selatan, karena kantor Dinas Pertambangan di Jl. Diponegoro yang berada di Bandung Utara diduduki tentara Inggris/Belanda, kemudian dipindahkan secara berangsur ke Ciwidey, Tasikmalaya ke Magelang dan akhirnya ke Jogya sejalan dengan mundurnya tentara RI. Di antara arsip dan buku2 ini tidak termasuk manuskrip buku the Geology of Indonesia hasil karya van Bemmelen itu, yang merupakan cerita lain.

Pada waktu para ahli geologi dan insinyur pertambangan Belanda harus masuk kamp interniran (kompleks tahanan perang), Van Bemmelen menitipkan naskah serta buku-bukunya itu pada orang yang sangat dipercayainya, seorang hoofd mantri opzichter (mantri ukur kepala) yaitu Djatikusumo untuk diselamatkan. Pada waktu Van Bemmelen yang telah dibebaskan dari tahanan meminta kembali titipannya ini, yang bersangkutan menolak dengan alasan sebagai seorang pejuang kemerdekaan ingin menyelamatkan arsip ini untuk kepentingan bangsa Indonesia , dan kemudian membawanya ke tempat asalnya yaitu Malang . Namun kemudian manuskrip dan arsip/buku lainnya dia serahkan ke Dinas Pertambangan yang sudah mengungsi ke Magelang dan kemudian ke Jogyakarta.

Pada waktu pemerintahan RI mengungsi ke Jogyakarta, maka dibentuk pula suatu Pusat Jawatan Geologi dan Pertambangan dibawah naungan Departement Kemakmuran di Magerang, yang dipimpin oleh A.F. Lasut (sebagai kepala) dan (Sunu Sumosusastro sebagai wakilnya). Selain itu juga didirikan beberapa sekolah untuk mendidik tenaga geologi dan pertambangan secara darurat pada Nopember 1946 yaitu:
  • Sekolah Geologi Pertambangan Pertama (SGPP, untuk pendidikan juruukur geologi
  • Sekolah Geologi Pertambangan Menengah (SGPM, untuk pendidikan juruukur geologi penilik)
  • SekolahGeologi Pertambangan Tinggi (SGPT), untuk pendidikan asisten geologi, dengan dosennya antara lain Sunu Sumosusastro (kepala sekolah) dan A.F. Lasut. N Lembaga pendidikan ini kemudian pindah ke Jogyakarta, dan nama SGPT berubah menjadi Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP).

Pada serangan agresi Belanda ke Jogya pada tahun 1948, A.F. Lasut selaku Kepala Jawatan Tambang dan Geologi diambil tentara Belanda dari rumahnya dan kemudian ditembak dipinggir jalan pada 7 Mei 1949 sebagai seorang pejuang kemerdekaan. Lembaga pendidikan ini berakhir dengan ujian akhir pada akhir tahun 1949 sehingga berlangsung hanya 1 angkatan saja. Di antara para lulusan pendidikan yang pertama dan terakhir ini adalah: M.M. Purbohadiwidjo, Djajadi Hadikusumo (kemudian pendiri IAGI), Harli Sumadiredja, R. Prajitno (Ketua IAGI yang ke-2), Surjo Ismangun, G.M Mohamad Slamet Padmokesumo, Mohamad Jasin Rachmat dan Sanjoto Soeseno dan Sumardi Umar katab.

Sementara itu Bp Suroso, seorang ahli geologi praktek (autodidak) ex pegawai explorasi Shell/BPM juga mendirikan Sekolah Menengah Geologi di Jogyakarta. Yang akhirnya menjadi Jurusan Tehnik Geologi Universitas Gadjah Mada.

Dan seperti itulah sejarah pendidikan geologi di Indonesia. Sudah terdapat 19 Univesitas yang menyediakan jurusan geologi, mungkin masih akan terus berkembang karena kebutuhan ahli geologi di tingkat kabupaten suatu saat nanti adalah sebuah keharusan karena untuk mengatur serta mengetahui kondisi geologi kabupaten masing-masing. Mengerti sumberdaya alamnya, sifat dan gejala kebencanaan, serta kebutuhan pemeliharaan lingkungan (Ekstraksi, Mitigasi, dan Konservasi).





Credit : Berita IAGI



0 komentar:

Posting Komentar